Nurul Ulfi Alfath: 2012

Sabtu, 28 April 2012


Sirkulasi pulmonal ( Sistem peredaran kecil).
·      Sirkulasi pulmonal atau disebut juga sistem peredaran darah kecil adalah sirkulasi darah antara jantung dan paru-paru. ( Jantung - Paru paru - Jantung lagi)
·      Detailnya darah dari jantung (ventrikel kanan) dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, darah ini banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa metabolisme untuk dibuang melalui alveolus paru-paru ke atmosfer.
·      Selanjutnya darah akan teroksigenasi pada kapiler paru dan kembali ke jantung (atrium kiri) melalui vena pulmonalis.
sirkulasi sistemik (Sistem peredaran darah besar)
Sirkulasi darah antara jantung dan seluruh tubuh berjalan satu arah . Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Darah di atrium kiri mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrioventrikel (AV), yang terletak di sambungan atrium dan ventrikel (katup mitralis). Darah dari ventrikel kiri menuju ke arteri besar berotot yang disebut aorta melalui katup aorta. Darah di aorta diteruskan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, pembuluh darah Aorta bercabang-cabang menjadi arteri dan arteri bercabang lagii membentuk aeteriol / arteri yang lebih kecil yang tersebar dan bisa mengakses ke seluruh sel tubuh kita.  arteriol dan kapiler yang kemudiaan menyatu kembali untuk membentuk vena-vena.
Vena-vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan darah ke vena terbesar,vena kava inferior, sedangkan vena dari bagian atas tubuh (tubuh sebelah atas jantung) mengembalikan darah ke vena kava superior. Kedua vena bermuara ke atrium kanan.
Semua katup jantung membuka ketika tekanan dalam ruang jantung atau pembuluh yang berada di atasnya melebihi tekanan di dalam ruang atau pembuluh yang ada di bawah. 
0

tugas akidah original of alquran


(Al-Quran Yang Selalu Terjaga)Original Of Al-Qur’an
 

AlQuran adalah kitab terakhir yng diwahyukan Allah kepada nabi Muhammad  yang telah terjamin keasliannya. Bagi saya selaku umat islam, saya sangat meyakini bahwa Al-Qur’an kitab suci kami terjaga keasliannya. Keasliannya Al-Qur’an ini dijamin sendiri oleh Allah dalam firmanNya :
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (AlQuran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui. (Qur’an Surat Al-An’am ayat 115)
Sesungguhnya  Kami-lah yang  menurunkan  Al  Qur’an,  dan sesungguhnya Kami benar-benar  memeliharanya. (Qur’an Surat Al-Hijr ayat 9)
            Beberapa faktor pendorong yang menyebabkan AlQur’an itu selalu terjaga keaslian, yaitu:
Pertama. Al-Qur’an ditulis oleh puluhan juru tulis wahyu langsung di bawah pengawasan Rasulullah SAW. Beliau mendoku­men­tasikan Al-Qur’an dalam bentuk tertulis sejak masa turunnya wahyu. Karenanya, beliau menugaskan puluhan shahabat sebagai penulis wahyu, antara lain: Abban bin Sa’id, Abu Ayyub Al-Ansari, Abu Umamah, Abu Bakar As-Siddiq, Abu Hudzaifah, Abu Sufyan, Abu Salamah, Abu Abbas, Ubayy bin Ka’ab, Al-Arqam, Usaid bin Al-Hudair, Khalid bin Sa’id, Khalid bin Al-Walid, Az-Zubair bin Al-‘Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Tsabit, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Umar bin Khatthab, ‘Amr ibn Al-’Ash, Mu’adz bin Jabal, Mu’awiyah, Yazid bin Abi Sufyan, dll.
Saat wahyu turun, secara rutin Rasulullah me­­manggil para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat tersebut. Dalam hal penulisan ayat yang baru turun, Nabi memiliki kebiasaan untuk meminta penulis wahyu untuk membaca ulang ayat tersebut setelah menuliskannya. Menurut Zaid bin Tsabit, jika ada kesalahan dari penulisan maka beliau yang mem­betul­kannya, setelah selesai barulah Rasulullah membolehkan menyebarkan ayat tersebut.
Kedua. Al-Qur’an dihafal oleh para shahabat yang langsung belajar kepada Nabi Muhammad SAW,
Ketiga. Proses pembukuan Al-Qur’an adalah penya­linan ayat-ayat yang mengacu pada tulisan dan hafalan yang ditulis dan dihafal langsung di hadapan Rasulullah SAW semasa hidup­nya.


Sejarah penulisan Al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua periode yaitu :
1. Periode Mekkah
Periode ini merupakan periode ketika Nabi Muhammad masih di Mekkah, sebelum hijrah ke Madinah. Periode ini merupakan periode permulaan dakwah beliau.
Suatu hari ‘Umar keluar rumah menenteng pedang terhunus hendak melibas leher Nabi Muhammad. Beberapa sahabat sedang berkumpul dalam sebuah rumah di bukit Safa. Jumlah mereka sekitar empat puluhan termasuk kaum wanita. Di antaranya adalah paman Nabi Muhammad, Hamza, Abu Bakr, ‘All, dan juga lainnya yang tidak pergi berhijrah ke Ethiopia. Nu’aim secara tak sengaja berpapasan dan bertanya ke mana ‘Umar hendak pergi. “Saya hendak menghabisi Muhammad, manusia yang telah membuat orang Quraish khianat terhadap agama nenek moyang dan mereka tercabik-cabik serta ia (Muhammad) mencaci maki tata cara kehidupan, agama, dan tuhan-tuhan kami. Sekarang akan aku libas dia.” “Engkau hanya akan menipu diri sendiri `Umar, katanya.” “Jika engkau menganggap bahwa ban! `Abd Manaf mengizinkanmu menapak di bumi ini hendak memutus nyawa Muhammad, lebih baik pulang temui keluarga anda dan selesaikan permasalahan mereka.” `Umar pulang sambil bertanya-tanya apa yang telah menimpa ke­luarganya. Nu’aim menjawab, “Saudara ipar, keponakan yang bernama Sa`id serta adik perempuanmu telah mengikuti agama baru yang dibawa Nabi Muhammad. Oleh karena itu, akan lebih baik jika anda kembali menghubungi mereka.” `Umar cepat-cepat memburu iparnya di rumah, tempat Khabba sedang membaca Surah Taha dari sepotong tulisan Al-­Qur’an. Saat mereka dengar suara ‘Umar, Khabba lari masuk ke kamar kecil, sedang Fatima mengambil kertas kulit yang bertuliskan Al-Qur’an dan diletakkan di bawah pahanya.
Cerita diatas terjadi saat permulaan dakwah Nabi Muhammad di Makkah. Pada cerita diatas kita ketahui dapat kita ambil kesimpulan bahwa pada saat itu ayat-ayat Al-Qur’an sudah mulai didokumentasikan (pada kertas kulit).
Kenyataan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an sudah mulai ditulis pada saat di mekkah, pada awal-awal dakwah Nabi juga dicatat oleh Al-Kattani : Sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri baiah al-’Aqaba, Nabi Muhammad menyerahkan semua ayat-ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya. Ketika kembali ke Madinah, Rafi` mengumpulkan semua anggota sukunya dan membacakan di depan mereka.
Penulis wahyu pada periode ini antara lain  ‘Abdullah bin Sa’d bin ‘Abi as­Sarh  dan Khalid bin Sa’id bin al-‘As. Khalid bin Sa’id bin al-‘As pernah mengatakan, “Saya orang pertama yang menulis ‘Bismillah ar-Rahman ar­Rahim’.
2. Periode Madinah
Pada periode Madinah kita memiliki cukup banyak informasi termasuk sejumlah nama, lebih kurang enam puluh lima sahabat yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sebagai penulis wahyu. Mereka adalah Abban bin Sa’id, Abu Umama, Abu Ayyub al-Ansari, Abu Bakr as-Siddiq, Abu Hudhaifa, Abu Sufyan, Abu Salama, Abu ‘Abbas, Ubayy bin Ka’b, al-Arqam, Usaid bin al-Hudair, Aus, Buraida, Bashir, Thabit bin Qais, Ja` far bin Abi Talib, Jahm bin Sa’d, Suhaim, Hatib, Hudhaifa, Husain, Hanzala, Huwaitib, Khalid bin Sa’id, Khalid bin al-Walid, az-Zubair bin al-`Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Thabit, Sa’d bin ar-Rabi`, Sa’d bin `Ubada, Sa’id bin Sa`id, Shurahbil bin Hasna, Talha, `Amir bin Fuhaira, `Abbas, `Abdullah bin al-Arqam, `Abdullah bin Abi Bakr, `Abdullah bin Rawaha, Abdullah bin Zaid, `Abdullah bin Sa’d, ‘Abdullah bin ‘Abdullah, ‘Abdullah bin ‘Amr, ‘Uthman bin ‘Affan, Uqba, al­’Ala bin ‘Uqba, ‘All bin Abi Talib, ‘Umar bin al-Khattab, ‘Amr bin al-’As, Muhammad bin Maslama, Mu’adh bin Jabal, Mu’awiya, Ma’n bin ‘Adi, Mu’aqib bin Mughira, Mundhir, Muhajir, dan Yazid bin Abi Sufyan.
Saat wahyu turun, Nabi Muhammad secara rutin memanggil para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat itu.Zaid bin Thabit menceritakan sebagai ganti atau mewakili peranan dalam Nabi Muhammad, la sering kali dipanggil diberi tugas penulisan saat wahyu turun. Sewaktu ayat al-jihad turun, Nabi Muhammad memanggil Zaid bin Thabit membawa tinta dan alat tulis dan kemudian mendiktekannya; ‘Amr bin Um-Maktum al-A’ma duduk menanyakan kepada Nabi Muhammad, “Bagaimana tentang saya? Karena saya sebagai orang yang buta.” Dan kemudian turun ayat, “ghair uli al-darar”  bagi orang­-orang yang bukan catat) . Saat tugas penulisan selesai, Zaid membaca ulang di depan Nabi Muhammad agar yakin tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.
Setelah Nabi Muhammad Wafat
“Saat Nabi Muhammad wafat, Al-Qur’an masih belum dikumpulkan dalam satuan bentuk buku.
Di sini kita perlu memperhatikan penggunaan kata ‘pengumpulan’ bukan ‘penulisan’. Sebenarnya, Kitab Al-Qur’an telah ditulis seutuhnya sejak zaman Nabi Muhammad. Hanya saja belum disatukan dan surah-surah yang ada juga masih belum tersusun.”
Kompilasi Al-Qur’an menjadi satu buah buku terjadi pada saat pemerintahan khalifah Abu Bakar.
Zaid melaporkan:
Abu Bakar memanggil saya setelah terjadi peristiwa pertempuran al­Yamama yang menelan korban para sahabat sebagai shuhada. Kami melihat saat ‘Umar ibnul Khattab bersamanya. Abu Bakr mulai berkata,” ‘Umar baru saja tiba menyampaikan pendapat ini, ‘Dalam pertempuran al-Yamama telah menelan korban begitu besar dari para penghafal Al­Qur’an (qurra’), dan kami khawatir hal yang serupa akan terjadi dalam peperangan lain. Sebagai akibat, kemungkinan sebagian Al-Qur’an akan musnah. Oleh karena itu, kami berpendapat agar dikeluarkan perintah pengumpulan semua Al-Qur’an.” Abu Bakr menambahkan, “Saya kata­kan pada ‘Umar, ‘bagaimana mungkin kami melakukan satu tindakan yang Nabi Muhammad tidak pernah melakukan?’ ‘Umar menjawab, ‘Ini merupakan upaya terpuji terlepas dari segalanya dan ia tidak berhenti menjawab sikap keberatan kami sehingga Allah memberi kedamaian untuk melaksanakan dan pada akhirnya kami memiliki pendapat serupa. Zaid! Anda seorang pemuda cerdik pandai, dan anda sudah terbiasa menulis wahyu pada Nabi Muhammad, dan kami tidak melihat satu kelemahan pada diri anda. Carilah semua Al-Qur’an agar dapat dirang­kum seluruhnya.” Demi Allah, Jika sekiranya mereka minta kami me­mindahkan sebuah gunung raksasa, hal itu akan terasa lebih ringan dari apa yang mereka perintahkan pada saya sekarang. Kami bertanya pada mereka, ‘Kenapa kalian berpendapat melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad?’ Abu Bakr dan ‘Umar bersikeras mengatakan bahwa hal itu boleh-boleh saja dan malah akan membawa kebaikan. Mereka tak henti-henti menenangkan rasa keberatan yang ada hingga akhirnya Allah menenangkan kami melakukan tugas itu, seperti Allah menenangkan hati Abu Bakr dan ‘Umar.
Mushaf Usmani
Al-Qur’an yang berada ditangan umat muslim sekarang sering disebut sebagai Mushaf Usmani karena berkat jasa Usman-lah Al-Qur’an terjaga dari banyak versi penulisan. Sering terjadi fitnah kepada umat islam kalau Al-Qur’an yang ada sekarang merupakan Al-Qur’an versi Usman bin Affan, berbeda dengan Al-Qur’an pada zaman Nabi Muhammad karena pada zaman Usman Qur’an-qur’an yang ada dibakar kemudian hanya versi Usman yang dibiarkan tetap ada. Tuduhan ini tentu saja tidak berdasar. Pada saat Usman bin Affan, Islam sudah tersebar luas sampai ke propinsi lain. Berangkat dari suku kabilah dan provinsi yang beragam, Al-Qur’an diajarkan dalam dialek masing-masing daerah tersebut, karena dirasa sulit untuk meninggalkan dialeknya secara spontan. Oleh sebab itu, banyak versi Al-Qur’an yang ditulis dengan banyak dialek berbeda-beda. Khalifah Usman tidak setuju akan hal ini, karena dengan penulisan Al-Qur’an dalam bermacam dialek tentu saja akan membuat perubahan arti atau salah penafsiran terhadap kata-kata Al-Qur’an.
Hudhaifa bin al-Yaman dari perbatasan Azerbaijan dan Armenia, yang telah menyatukan kekuatan perang Irak dengan pasukan perang Suriah, pergi menemui ‘uthman, setelah melihat perbedaan di kalangan umat Islam di beberapa wilayah dalam membaca Al-Qur’an. Perbedaan yang dapat mengan­cam lahimya perpecahan. “Oh khalifah, dia menasihati, ‘Ambillah tindakan untuk umat ini sebelum berselisih tentang kitab mereka seperti orang Kristen dan Yahudi.’
Adanya perbedaan dalam bacaan Al-Qur’an sebenarnya bukan barang baru sebab ‘umar sudah mengantisipasi bahaya perbedaan ini sejak zaman pemerintahannya. Dengan mengutus Ibn Mas’ud ke Irak, setelah ‘umar diberitahukan bahwa dia mengajarkan AI-Qur’an dalam dialek Hudhail (sebagaimana Ibn Mas’ud mempelajarinya), dan ‘umar tampak naik pitam:
AI-Qur’an telah diturunkan dalam dialek Quraish, maka ajarkanlah menggunakan dialek Quraish, bukan menggunakan dialek Hudhail.
Hudhaifa bin al-Yaman mengingatkan khalifah pada tahun 25 H dan pada tahun itu juga ‘Uthman menyelesaikan masalah perbedaan yang ada sampai tuntas. Beliau mengumpulkan umat Islam dan menerangkan masalah perbedaan dalam bacaan AI-Qur’an sekaligus meminta pendapat mereka tentang bacaan dalam beberapa dialek, walaupun beliau sadar bahwa beberapa orang akan menganggap bahwa dialek tertentu lebih unggul sesuai dengan afliasi kesukuan. Ketika ditanya pendapatnya sendiri beliau menjawab (sebagaimana diceritakan oleh ‘Ali bin Abi Talib),
“Saya tahu bahwa kita ingin menyatukan manusia (umat Islam) pada satu Mushaf (dengan satu dialek) oleh sebab itu tidak akan ada perbedaan dan perselisihan” dan kami menyatakan “sebagai usulan yang sangat baik).”
Khalifah Usman bin Affan kemudian memperbanyak Al-Qur’an berdasarkan naskah asli yang ditulis pada zaman Nabi yang disipan di rumah Hafsa, Istri Nabi SAW. AI-Bara’ meriwayatkan: Kemudian ‘Usman mengirim surat kepada Hafsa yang menyatakan. “Kirimkanlah Suhuf kepada kami agar kami dapat membuat naskah yang sempurna dan kemudian Suhuf akan kami kembalikan kepada anda.” Hafsa lalu mengirimkannya kepada ‘Uthman, yang memerintahkan Zaid bin Thabit, `Abdullah bin az-Zubair, Sa’id bin al-’As, dan ‘Abdur­Rahman bin al-Harith bin Hisham agar memperbanyak salinan (duplicate) naskah. Beliau memberitahukan kepada tiga orang Quraishi, “Kalau kalian tidak setuju dengan Zaid bin Thabit perihal apa saja mengenai Al-Qur’an, tulislah dalam dialek Quraish sebagaimana Al-Qur’an telah diturunkan dalam logat mereka.” Kemudian mereka berbuat demikian, dan ketika mereka selesai membuat beberapa salinan naskah `Uthman mengembalikan Suhuf itu kepada Hafsa
Beberapa ayat AlQuran yang menjelaskan tentang kebenaran AlQuran :
* Surat An-Nisaa 4:82

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
* Surat Ali-Imran 3:2-3

[2] Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.

[3] Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.

* Surat An-Nisaa 4:136

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.



* Surat Al Maidah 5:68

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.

^-^ KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, ayat Al-Qur’an sudah mulai ditulis. Para sahabat Nabi pun banyak yang khatam (hafal) Al-Qur’an, dan kebiasaan untuk menghapal Al-Qur’an itu terwarisi sehingga banyak orang-orang yang hafal seluruh teks Al-Qur’an (Hafiz Qur’an) hingga saat ini. Pada saat penulisan Al-Qur’an pun Nabi selalu mengecek kembali apakah benar yang dituliskan sahabat pada suhuf-suhuf. Nabi pun sering meminta dibacakan ayat Al-Qur’an didepan dirinya.  
AlQur’an akan selalu terjaga keasliannya karena alQuran in adalah petunjuk hidup yang di wahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW yang mengandung kalimat yang benar dan adil. Sehingga dapat diaplikasikan oleh manusia dalam menjalani kehidupnya. Al Qur'an sampai sekarang masih asli karena Al Qur'an sudah dijamin keasliannya oleh Allah dan sampai sekarang masih banyak orang yang mampu menghapal Al–Qur’an 30 Juz (dari dulu hingga sekarang, selalu ada hafidz (orang yang hafal Al Qur'an) sehingga jika ada perubahan satu katapun, mereka akan segera mengkoreksinya).


GUAZUMAE FOLIUM
Nama Lain : Daun jatiblanda
Nama Tanaman Asal : Guazuma ulmifolia (Lamarck) Varietas tomantosa (Schumacher).
Keluarga : Sterculiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Zat penyamak (tanin), lendir,
damar
Penggunaan : Astringen, obat langsing
Pemerian : Bau aromatik lemah, rasa agak
kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

HERBARIUM
A.       DEFINISI HERBARIUM

Herbarium adalah kumpulan tumbuhan kering yang dipress dan ditempelkan pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang menghasilkan suatu label dan data yang rinci serta disipan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan menurut aturan dimana herbarium itu disimpan. Atau dengan kata lain Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesimen tanaman/tumbuhan yang telah diawetkan dengan cara-cara khusus.
Herbarium sangat penting untuk digunakan dalam pekerjaan taksonomi, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki tingkatan tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik terkait misalnya jenis tanaman atau daun.(1)
Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan.
Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia.
Spesimen yang tersimpan di gedung ini ada diantaranya sudah berumur ratusan tahun, terbukti pada label tempel tertulis tahun pembuatan 1823 yang berarti specimen tersebut diabuat tahun 1923 dan dilengkapi pula dengan lokasi pengambilan spesimen. Lokasi tempat pengambilan spesimen tersebut kemungkinan sekarang telah beralih fungsi menjadi fungsi lain seperti perkebunan, pemukiman, perkantoran atau bentuk lain(2)


(1)       tribun news.com www
(2)       www.Badikhut.com (balai pendidikan dan pelatihan kehutanan Makassar)


B.       TIPE-TIPE HERBARIUM

Berdasarkan cara pengawetannya, herbarium di golngkan menjadi  pengawetan kering maupun pengawetan basah, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

·         HERBARIUM  KERING
Herbarium ysng cara pengawetannya dengan cara dikeringkan.  sebagian besar  specimen herbarium yang disimpan sebagai awetan dalam herbarium-herbarium di dunia ini diproses melalui pengeringan. Pengeringan biasanya dilakukan dengan sinar matahari, kecuali bila ada pertimbangan-pertimbangan lain misalnya keadaan cuaca. Pada musim penghujan, pengeringan tidak dapat berlangsung cepat , sehingga bahan yang dikeringkan kadang-kadang terganggu oleh jamur. (3)

·         HERBARIUM  BASAH
Yang dimaksud dengan herbalium basah adalah spesimen tumbuhan yang telah diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan komposisi yang berbeda. disamping itu dapat pula ditempatkan zat-zat lain untuk tujuan-tujuan tertentu, untuk sejauh mungkin mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan. adapun bahan awet yang digunakan adalah formalin.
(3)       Bahan ajar farmakognosi : 10

C.       CARA PEMBUATAN HERBARIUM
Pengumpulan Material
Kumpulkan bahan tanaman yang akan dibuat Herbarium     Siapkan koran dan tempelkan bahan Bersihkan tanah yang menempel pada akar tanaman                     tanaman di atas koran

 








Pengumpulan tanaman yang sudah ditempel pada               Penindihan tanaman dengan benda                         kertas Koran                                                               berat dan rata

                                                                                Herbarium Siap Dipindahkan dan Dilengkapi dengan Data Pendukung


Material herbarium yang diambil harus memenuhi tujuan pembuatan herbarium,yakni untuk identivikasi dan dokumentasi. Dalm pekerjaan identifikasi diperlukan ranting, daun, kundcup, kadang-kadang bunga dan buah, dalam satu kesatuan. Materium hebarium yang lengkap mengandung ranting, daun muda dan tua,kuncup, bunga muda dan tua yang segar, serta buah muda dan tua. Materi hebarium dengan bunga dan buah jauh lebih berharga dan bisa disebut herbarium fertile, sedang material herbarium tanpa bunga dan daun disebut herbarium steril
Untuk keperluan dokumentasi ilmiah dianjurkan untuk membuat materi herbarium fertil dan untuk setiap nomor koleksi agar dibuat beberapa spesimen sebagai dupliakat. (3 spesimen atau lebih per nomor koleksi).
Material herbarium dari pohon berdiameter besarmaupun kecil agar dipilih ranting yang berbunga dan berbuah. Apabila hal ini suliit dilakukan, cukup diambil ranting dengan daun-daun dan kuncup utuh dalam satu kesatuan. Material herbarium dari tumbuhan terna, dan rumput-rumputan, datang dan daunnya harus dikimpulkan pula. Demikian pula halnya dengan bambu, material herbariumnya tidak berupa ranting dan bunga, tetapi ruas batang dan pelepahnya harus disertakan pula.
Material herbarium rotan sangat sulit dikumpulkan karena selain berdaun majemuk berisip yang panjang lebih dari 1 meter, bahkan ada yang mencapai 4 meter (termasuk sirus), misalnya rotan manau, harus disertakan pula batang dan pelepah yang banyak durinya itu. Beberpa senis rotan tidak memeiliki sirus diujung daun, namun mempunyai salur berduri pada bagian pelepah yang disebut flagel yang panjangnya mencapai 5 meter, seperti pada rotan kesur.
Selain material herbarium harus lengkap, perlu diperhatikan pula bahwa pada saat pengambilan material herbarium harus dilakukan pula pencatatan data tumbuhan. Terutama karakter/sifat yang akan hilang akan diawetkan. Material herbarium tanpa catatan tmbuhannya dianggap sangat tidak ada artinya. Pencatatan gata tumbuhan dengan dengan menggunkan buku catatan atau blanko isian/tally sheet(lampiran 1).
Bersama dengan pencatatan identitas tumbuhan tersebut, perlu dengan segera dibuat pula label ganting yang diikat pada material herbariu. Satu label untuk satu specimen. pada setiap label gantung ditulis kode(singkatan nama) kolektor (pengumpul), nomor koleksi, nama lokal (daerah) tumbuhan yang dikumpulkan, lokasi pengumpulan, dan tanggal. Dianjukan untuk penulisan pada label gantung tersebut mengunakan pensil, supaya tulisan tidak larut bila kena siraman alcohol atau spiritus.
(4)Teknik pembuatan herbarium (onrizal, prodi kehutanan,
 FP universitas Sumatra utara)

PEMBUATAN HERBARIUM
@   HERBARIUM  KERING

Adapun cara untuk mengambil spesimen dan mengawetkannya adalah sebagai berikut :

a.       Mengambil spesimen selengkap mungkin, kemudian data-datanya dicatat selengkap mungkin karena nantinya bagian-bagian tersebut akan berubah warnanya menjadi coklat jika sudah kering. Untuk spesies yang berbunga, diambil dalam jumlah yang banyak, karena nantinya dapat dibuat duplikatnya.
b.      Spesimen ditata di antara kertas koran, penataan tersebut harus mewakili sebagian besar bagian tumbuhan. Misal untuk bagian daun maka harus ada bagian atas dan bagian bawah yang terlihat.
c.       Spesimen diberi label dengan etiket gantung menggunakan pensil agar tidak hilang atau luntur yang bertuliskan nama specimen kolektor tanggal.
d.      Kertas koran yang telah berisi spesimen dimasukkan dalam plastik besar dan disiram dengan alkohol 70% atau spirtus agar tidak membusuk dan daunnya tidak mudah rontok.
e.       Kantong plastik diikat dengan kuat selama proses pengeringan, agar alkohol atau spirtus tidak menguap.
f.       Proses pengepresan dengan menggunakan sasak atau menggunakan papan kayu yang diantaranya diberi kardus dan seng bergelombang agar panasnya merata dan spesimen tidak menjadi rusak dan rata.
g.      Pengarangan / pengeringan di dalam oven. Untuk pengarangan ini dilakukan dua macam. Ada yang dengan menggunakan oven arang dan ada pula dengan oven listrik. Untuk oven arang suhunya tidak tentu karena hanya berdasarkan banyaknya arang dan suhunya tidak dapat diukur. Dalam sehari bisa menghabiskan tiga karung arang. Dan untuk yang menggunakan oven listrik menggunakan suhu pemanasan 60°C -70°C.
h.      Spesimen yang sudah kering dilengkapi datanya dari lapangan (kolektor) yang meliputi nama ilmiah, nama daerah, tempat koleksi dan catatan-catatan yang diperlukan sebagai penjelas. Misalnya warna asli dan habitus pada etiket tempel. Jika kolektor sudah meninggal, atau label sudah rusak, atau pada herbarium tersebut tidak dicantumkan kolektor maka dapat melihat pada buku lapangan yang beliau tinggalkan.
i.        Penempelan Spesimen yang sudah dikeringkan selanjutnya ditempel dikertas acid free. Penempelan spesimen menggunakan isolatip khusus, Isolatip tesebut hanya dapat menempel pada kertas acid free bila isolatip tersebut dipanaskan menggunakan pemanas yang berbentuk seperti solder. Hal ini memudahkan pada saat proses remounting karena isolatip tidak menempel langsung pada specimen, selain itu isolatip khusus ini lebih tahan lama dari pada isolaip biasa.
j.        Remounting. Proses remounting merupakan proses penempelan ulang spesimen yang sudah sangat lama atau hampir rusak. Pada proses remounting, dibagian bawah kertas diberi tanggal specimen tersebut diremounting. Pada herbarium kering, revisi nama specimen ditempatkan pada kertas kecil dan ditempelkan di atas label asli. Apabila collector ragu-ragu terhadap data yang ada, maka diberi tanda tanya.
k.       Penyimpanan di lemari pendingin pada suhu –20oC selama seminggu. Hal ini untuk mencegah dari gangguan serangga. Sebelum menggunakan pendingin, untuk menghindari serangan serangga, awalnya menggunakan HgCl2. Namun, dihentikan karena sangat berbahaya.
l.        Spesimen yang telah lengkap dimasukkan dalam amplop/folder bag yang berwarna untuk genus, coklat untuk spesies dan putih untuk spesies yang sama atau warna coklat untuk asal pulau yang sama.. Kemudian dimasukkan di lemari penyimpanan. Untuk penyimpanan herbarium dilakukan secara alfabetis urut dari nama family (A-Z) kemudian genus (A-Z) selanjutnya spesies (A-Z) agar memudahkan dalam pencarian datany.(5)
(5)dewangga™. Harmony of Art, Culture and Technology

@  HERBARIUM  BASAH
Pada spesimen buah atau bunga yang memiliki bentuk yang tebal dan tidak memungkinkan dilakukan dengan pengawetan dengan cara koleksi kering maka dilakukan koleksi basah. Larutan umum yang dipakai dalam koleksi basah adalah alkohol 95% sebanyak 3500 ml (70 %) dan aquades 1500 ml (30%) sehingga total larutan keseluruhan adalah 5000 ml. sedangkan untuk larutan blangko terdiri dari alkohol 95% sebanyak 3100 ml (62%) , aquades 1050 ml (33) , dan gliserin 250 ml (5%). Spesimen yang diawetkan kemudian dimasukkan dalam toples kaca. Ukuran toples disesuaikan dengan besar kecilnya spesimen yang diawetkan. Pada spesimen tertentu, kandungan alkohol akan berubah, sehingga harus dilakukan penggantian alkohol secara rutin. Contohnya adalah pada spesimen bunga Raflessia.
Koleksi basah yang disimpan di Herbarium Bogoriense selalu terdapat koleksi keringnya. Namun untuk koleksi kering belum tentu disimpan koleksi basahnya.
Spesimen yang ada di Herbarium Bogoriense ini meliputi tanaman dari Malaysia, Asia, Australia dan Pasifik serta daerah lainnya. Spesimen ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok khusus dan kelompok umum. Spesimen khusus ialah spesimen tipe, yaitu spesimen yang pertama kali diberi nama atau yang digunakan sebagai acuan dalam pemberian nama ilmiah yang disimpan dalam ruangan tersendiri. Sedangkan kelompok umum dapat dilakukan berdasarkan kelompok tumbuhan tersebut. Antara lain: kelompok dikotil, monokotil, gymnospermae, kriptogamae, dan tumbuhan paku.
Berdasarkan kegiatan tersebut Herbarium Bogoriense memiliki tujuan untuk pelestarian keanekaragaman alam yang dapat dinikmati oleh semua orang maupun generasi mendatang(5)
(5)dewangga™. Harmony of Art, Culture and Technology


TEMPAT KOLEKSI HERBARIUM
a.    Materi basah harus segera dikeluarkan dari kantongnya, kemudian dirapikan tumpukkannya dan bila perlu kertasnya diganti dengan kertas baru. Selanjutnya, tumpukkan material herbarium dipres di dalam sasak, kemudian dimasukkan ke dalam tungkupengeringan atau oven dengan suhu 80°C selama 48 jam.
b.   Material yang sudah kering diidentifikasi nama botaninya. Biasanya secara berturut – turut material tersebut termasuk suku apa, marga dan jenis apa.
Hasil identifikasi ini ditulis pada label identifikasi yang telah disiapkan. Dalam hal ini harus diperhatikan agar nomor koleksi yang ditulis pada label identifikasi sesuai dengan nomor koleksi pada label gantung.
c.    Materi herbarium yang telah diidentifikasi kemudian diawetkan dengan cara sebagai berikut:
-          Material dicelupkan ke dalam larutan sublimat, yakni campuran alcohol 96% dan tepung sublimatdengan perbandingan 50 gram sublimat dalam 1 liter alcohol.
Pada proses pengawetan ini dianjurkan agar digunakan sarung tangan dank ain kasa penutup hidung untuk menghindari cairan dan uap sublimat.
-          Material yang sudah dicelupkan (sekitar 2 menit) di dalam larutan sublimat dimasukkan ke dalam lipatan kertas Koran, kemudian beberapa material ditumpuk menjadi satu dan ditaruh diantara 2 sasak, lalu diikat kencang.
-          Sasak yang berisi material tersebut dimasukkan ke dalam tungku pengeringan dan dijemur sampai material menjadi kering.
-          Material yang telah kering inisiap untuk diproses lebih lanjut sebagai koleksi herbarium yang tahan terhadap serangan jamur maupun hama.
d.      Material herbarium kering kemudian diplak atau ditempelkan pada kertas gambar yang kaku dan telah disterilkan. Bersamaan dengan pengeplakkan dilakukan pula pemasangan label identifikasi yang tekah diisi. Dalam hal ini, perln diperhatikan agar tidak terjadi salah pasang antara label identifikasi dengan nomor koleksi herbarium yang bersangkutan(4)
(4)Teknik pembuatan herbarium (onrizal, prodi kehutanan,
 FP universitas Sumatra utara)
0

obat sistem syaraf pusat untuk farmakognosi 2


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) antara lain analgesik kerja pusat (terutama opioid), senyawa antiepileptik dan antiparkinson, dan juga obat untuk gangguan psikiatri. Obat-obatan yang diperoleh dari tanaman memiliki peran penting di bidang ini, meskipun tidak untuk swamedikasi. Obat-obat ini juga telah lama menarik perhatian, sebagai contoh, obat antipsikotik reserpin, yang diisolasi dari spesies Rauwolfia, menimbulkan revolusi pada pengobatanskizofrenia dan memungkinkan banyak pasien tidak perlu rawat inap sebelum diberikan senyawa fenotiazin (seperti klor-promazin) dan antipsikotik atipikal terbaru (olanzapin dan risperidon). Akan, tetapi, reserpin menurunkan kadar neurotransmiter dalam otak (reserpin digunakan sebagai alat farmakologi dalam ilmu saraf untuk tujuan ini) sehingga dapat menyebabkan depresi yang parah, dan baru-baru dikaitkan dengan muncul nya kanker payudara. Saat ini tidak ada antipsikotik berguna yang diperoleh dari tanaman dan tidak akan dibahas di sini.           Pada kasus penykit demensia dan alzaimer, bahan alam baru yang sedang dikembangkan, seperti galantamin (dari tanaman snowdrop, Galanthus nivalis) dan turunan fisostigmin (misalnya rivastigmin), yang merupakan inhibitor kolinesterase. Beberapa herba tradisional, seperti sage dan rosemary, memiliki efek yang mirip, tetaoi lebih ringan dan kini sedang diteliti untuk meperbaiki ingatan. Ginkgo biloba memiliki efek meningkatkan konsentrasi dan dapat digunakan untuk bentuk demensia ringan.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Crude drug dan ekstrak dari bahan-bahan alam yang digunakan untuk sistem syaraf pusat ini?
2.      Apa sajakah Kandungan kimia, analisis dan farmakokinetiknya dari bahan-bahan alam yang digunakan untuk sistem syaraf pusat ini?
3.      Bagaimanakah pengujiannya pada hewan dan manusia (farmakologi dan toksikologi) serta Efikasi klinis pada manusia?
4.      Apakah indikasi, dosis, efek samping, kontraindikasi, signifikansi terapetik dari bahan-bahan alam yang digunakan untuk sistem syaraf pusat ini?

C.   Tujuan
1.      Mengetahui Crude drug dan ekstrak dari bahan-bahan alam yang digunakan untuk sistem syaraf pusat
2.      Mengetahui Kandungan kimia, analisis dan farmakokinetiknya dari bahan-bahan alam yang digunakan untuk sistem syaraf pusat ini
3.      Mengetahui pengujiannya pada hewan dan manusia (farmakologi dan toksikologi) serta Efikasi klinis pada manusia
4.      Mengetahui indikasi, dosis, efek samping, kontraindikasi, signifikansi terapetik dari bahan-bahan alam yang digunakan untuk sistem syaraf pusat ini
B AB I
PEMBAHASAN

St John's wort
Kingdom      :
(unranked)    :
(unranked)    :
(unranked)    :
Order            :
Family          :
Genus           :
Species         :
H. perforatum
Hypericum perforatum
L.
A.   St. John’s Wort, Hipericy Herba (Antidepresan)
Tumbuhan dan Obat
St John's wort (Hypericaceae) memiliki riwayat panjang tentang penggunaannya sebagai obat, terutama sebagai 'tonik saraf' dan untuk pengobatan gangguan saraf. St John's wort merupakan tanaman herba perenial yang berasal dari Eropa dan Asia. Nama St John's wort dapat berasal dari bunga yang mekar di akhir bulan Juni sekitar hari St john (24 Juni). Produk herbal yang mengandung St John's wort merupakan salah satu sediaan herbal paling laris di negara maju pada beberapa tahun belakangan ini. Herba keringnya (terutama terdiri atas kelopak berbunga, termasuk daun, kuncup yang belum mekar, dan bunga) merupakan bagian tanaman yang banyak digunakan sebagai obat.
Kandungan Kimia
Awalnya, hiperisin (senyawa naftodiantron) dianggap sebagai kandungan antidepresan St john's wort, meskipun hasil eksperimen dan klinis membuktikan bahwa hiperforin (floroglusinol terprenilasi) merupakan kandungan utama yang diperlukan untuk aktivitas antidepresan (Gambar.1). St John's wort juga mengandung kandungan biologi aktif lainya, seperti flavonoid. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan kandungan lain yang menyebabkan efek antidepresan.










Gambar .1

Efek Farmakologis dan Khasiat Klinis
Hasil penelitian biokimia dan farmakologis menyatakan bahwa ekstrak St John's wort menghambat ambilan sinaptosomal neurotrans-miter, serotonin (5-hidroksitriptamin, 5-HT), dopamin dan noradrenalin (norepinefrin), dan GABA. Penelitian yang melibatkan sejumlah kecil sukarelawan pria sehat menunjukkan bahwa ekstrak St John's wort mungkin memiliki efek aktivitas dopaminergik dan efek terhadap kortisol, yang dapat memengaruhi konsentrasi neurotransmiter tertentu. Penelitian in vitro sebelumnya menyatakan bahwa St John's wort menghambat monoamin oksidase, meskipun penenlitian lainnya tidak membuktikan hal tersebut.
Penelitian eksperimental dengan model hewan depresi memberikan bukti yang mendukung efek antidepresan St John's wort. Bukti dari uji acak berkendali menunjukkan bahwa sediaan ekstrak St John's wort lebih efektif dari pada plasebo, dan kemungkinan seefektif antidepresan konvensional dalam mengobati depresi ringan hingga sedang. Umumnya, diperlukan pengobatan beberapa minggu sebelum terlihat adanya perbaikan yang nyata. Meskipun demikian, St John's wort tidak dianjurkan atau tidak sesuai untuk pengobatan depresi berat. Efek ekstrak St John's wort juga telah diteliti pada penelitian pendahuluan dengan individu yang mengalami gangguan afektif musiman dan sindrom pramenstruasi, dan pada pasien dengan gejala psikogenik yang menyerupai gejala penyakit fisik  (lihat American Herbal Pharmacopeia and Therapeutic Compendium 1997, Barnes et al 2001).
Toksisitas
Ekstrak St John's wort yang telah distandarisasi umumnya ditoleransi baik jika digunakan pada dosis anjuran selama 12 minggu. Efek merugikan yang dilaporkan biasanya ringan, antara lain gejala gastrointestinal, pening, kebingungan dan kelelahan , serta, yang jarang terjadi, fotosensitivitas (karena kandungan hiperisin). Meskipun demikian, uji klinis St John's wort menunjukkan profil keamanan jangka-singkat yang lebih baik dibandingkan beberapa antidepresan konvensional. Muncul kekhawatiran mengenai interaksi antara sediaan St John's wort  dan obat resep tertentu, seperti antikonvulsan, siklos-porin, digoksin, inhibitor HIV protease, kontrasepsi oral, inhibitor ambilan kembali serotonin yang selektif, teofilin, triptan dan warfarin. Pasien yang mengonsumsi obat-obat ini harus berhenti menggunakan St John's wort dan pergi kedokter (kecuali untuk kontrasepsi oral) karena mungkin diperlukan penyesuaian dosis obat resep tersebut. St John's wort tidak boleh digunakan selama kehamilan dan menyusui.
Pemastian Mutu dan Analisis
Hiperikum tercantum dalam Eur. Ph., yang menyatakan bahwa obat ini tidak boleh mengandung kurang dari 0.08% dari hiperisin total, yang dinyatakan dalam hiperisin, dihitung dengan pembanding obat kering. Analisis biasanya dilakukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Kebanyakan produk yang mengandung ekstrak St John's wort yang sudah distandarisasi harus tetap distandarisasi kandungan hiperisinnya karena hiperisin sedikit tidak stabil.

Kava
Young Piper methysticum
Kingdom    :
(unranked)  :
(unranked)  :
Order           :
Family         :
Genus          :
Species        :
P. methysticum
Piper methysticum
G.Forst.
B.    Kava, Kava-kava Rhizoma (Anti Cemas/Hipnotik)
Tumbuhan dan obat
Akar Piper methysticum (Piperaceae), atau dikenal dengan kava-kava atau kawa, telah lama digunakan di Kepulauan Pasifik terutama Fiji selama ratusan tahun. Tanaman ini berupa semak pendek dan daun berbentuk jantung, serta akarnya tebal berkayu yang harus digiling  atau dikunyah agar zat-zat aktifnya keluar. Tanaman kemudian difermentasi untuk dibuat minuman Kava sebagai keperluan upacara, yang menimbulkan efek rileks, dan disuguhkan kepada tamu-tamu terkemuka (termasuk Paus dan Ratu Inggris). Kava digunakan sebagai obat karena bersifat menenangkan, dan juga untuk mengobati berbagai keluhan yang berbeda. Namun, kini kekhawatiran tentang keamanannya mengakibatkan ditariknya produk Kava secara sukarela dari pasaran (2002).
Kandungan kimia
Kandungan utama kava adalah senyawa kavalakton (juga dikenal dengan nama kavapiron), termasuk kavain, dihidrokavain, metistisin, yangonin dan desmetoksi yangonin.
Efek farmakologis dan khasiat klinis
Penelitian in vitro sebelumnya memberikan data-data yang saling bertentangan mengenai interaksi reseptor ekstrak kava dan isolat kavalakton. Pemikiran terkini mengungkapkan bahwa kavalakton memperkuat aktivitas reseptor GABAA. Penelitian tentang pengikatan reseptor lainnya tidak menunjukkan adanya interaksi dengan reseptor benzodiazepin.Penelitian pada hewan laboratorium yang diberikan ekstrak kava, atau kavalakton yang dimurnikan, menunjukkan beberapa aktivitas, termasuk efek sedatif, relaksan otot dan efek antikonvulsan, serta penghambatan hipermotilitas yang diinduksi secara eksperimental.
Khasiat ekstrak kava dalam meredakan ansietas didukung oleh data dari beberapa uji klinis acak berkendali-plasebo. Secara keseluruhan, uji-uji ini menunjukkan penurunan ansietas setelah 4-12 minggu pengobatan dengan ekstrak kava pada dosis yang setara dengan 60-240 mg kavalakton sehari. Uji acak berkendali lainnya pada pasien ansietas menunjukkan bahwa ekstrak kava dapat seefektif benzodiazepin tertentu, meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Toksisitas
Ekstrak kava umumnya ditoleransi baik jika digunakan pada dosis yang dianjurkan untuk periode tertentu (lihat Boonen et al 1988, Cropley et al 2002, Wheatley 2001). Namun, belakangan ini ekstrak tersebut dikaitkan dengan sekitar 70 kasus hepatotoksisitas, mulai dari uji fungsi hati yang abnormal hinggagagal hati (Escheratal 2001). Penilaian mengenai peran kausal kava diperumit oleh faktor-faktor lain, termasuk obat lain yang digunakan secara bersamaan yang menyebabkan toksisitas hati, tetapi sebagai tindakan pencegahan produk kava telah ditarik dari pasaran. Selain itu, juga terdapat laporan terpisah mengenai kondisi kulit bersisik dan kering yang dicirikan sebagai 'dermopati kava', yang muncul pada beberapa orang yang mengingesti terlalu banyak kavalakton untuk waktu yang lama, dan dianggap terjadi akibat defisiensi niasin.

C.   Ginkgo, Ginkgo Folium (Anti dementia)
Tumbuhan dan obat
Ginkgo, pohon dara (Ginkgoaceae), merupakan pohon 'fosil' kuno yang berasal dari Cina dan Jepang serta dibudidayakan di berbagai negara. Tanaman ini sangat kuat dan dikatakan sebagai satu-satunya yang bertahan dari ledakan nuklir. Daunnya berbentuk khas, permukaan daun gundul dan memiliki dua lobus, tiap lobus berbentuk segitiga dengan tulang daun mirip-kipas, halus, menonjol, dan menyebar. Di Cina, daun digunakan sebagai obat dan buahnya untuk dimakan.
Kandungan kimia
Ginkgo memiliki dua jenis kandungan kimia utama, keduanya berperan pada aktivitas: ginkgolida A, B dan C, yang merupakan senyawa lakton diterpen, dan bilobalida; dan flavonoid, yang paling penting adalah glikosida biflavon seperti ginkgetin, isoginkgetin, dan bilobetin (Gambar 2). Asam ginkgolat terdapat dalam buah, tetapi biasanya hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam daun.
 










                                                                            
Gambar 2





Ginkgo
Daun ginkgo
Daun ginkgo
Status iucn2.3 EN.svg
Kerajaan :
Divisi      :
Kelas       :
Ordo        :
Famili      :
Genus      :
Ginkgo
Spesies
Ginkgo biloba L.
Efek farmakologis don khasiat klinis
Penggunaan ginkgo yang paling penting adalah untuk menurunkan atau mencegah memburuknya ingatan, akibat penuaan dan bentuk ringan dementia, termasuk tahap-tahap awal penyakit Alzheimer. Tanaman ini meningkatkan proses kognitif, yang diduga dengan meningkatkan sirkulasi darah ke dalam otak dan selain itu juga memiliki efek anti radang dan antioksidan. Banyak penelitian klinis telah dilakukan (sayangnya tidak semua dapat dipertanggungjawabkan), dan ekstraknya terbukti memperbaiki kinerja mental pada sukarelawan sehat dan pasien geriatri yang kinerjanya memang sudah melemah. Efeknya terhadap sistem syaraf pusat (SSP) belum dipastikan, tetapi melibatkan efek terhadap ambilan neurotransmiter, perubahan reseptor neurotransmiter selama masa penuaan, iskemik serebral, dan cedera neuronal. Penghambatan nitrogen monoksida mungkin ikut berperan dalam hal ini (lihat Baron-Rupert et al 2001, Ernst et al 1999, Rigney et al 1999).  Dosis lazim ekstrak ginkgo (terstandardisasi) adalah 120-240 mg per hari.
Toksikologi
Ginkgo dilaporkan menyebabkan dermatitis dan gangguan gastrointestinal padadosis besar, meskipun gejala-gejala ini jarang terjadi. Reaksi alergi pada individu yang sensitif kemungkinan besar akibat memakan buahnya, yakni akibat asam ginkgolat, yang umumnya tidak terdapat dalam ekstrak daun dan produk ginkgo, atau hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit.













BAB III
PENUTUPAN
A.   KESIMPULAN
Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) antara lain analgesik kerja pusat (terutama opioid), senyawa antiepileptik dan antiparkinson, Contoh tanaman yang bekeja dalam sistem syaraf adalah :
-          St. John’s Wort Simplisianya Hipericy Herba (bagian herba) yang digunakan Antidepresan
-           Kava → Simplisia Kava-kava Rhizoma (bagian rimpang) sebagai Anti Cemas/Hipnotik, digunakan sebagai obat karena bersifat menenangkan, dan juga untuk mengobati berbagai keluhan yang berbeda
-          Ginkgo siplisianya Ginkgo Folium (bagian daun) yang digunakan sebagai Anti dementia, untuk menurunkan atau mencegah memburuknya ingatan, akibat penuaan dan bentuk ringan dementia, termasuk tahap-tahap awal penyakit Alzheimer.

B.   SARAN